Salah satu pengunjung yang terlihat tertarik memandangi patung nitisemito
Mengenal lebih jauh sosok nitisemito di museum kretek kudus
Patung yang berada didalam museum kretek kudus tampak seperti bapak bapak mengenakan kacamata bulat dan corak patung itu sendiri berwarna abu abu tua,
patung setengah badan lelaki tua yang dipanggil Nitisemito itu berdiri anggun, dari jendela rumahnya, seolah memberi salam, dan menceritakan kisah pendek hidupnya. Posisinya di sebelah kiri pintu masuk, tempat pengunjung mengawali eksplorasi isi museum.
Museum kretek kudus ini merupakan museum yang berada di Jl. Getas Pejaten No.155, Getas, Getas Pejaten, Kec. Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Lokasi nya sangat strategis dan sangat mudah dijangkau untuk siapapun, jika kalian ingin memasuki museum kretek kudus kalian cukup hanya membayar Rp.4000/orang. Cukup murah dan sangat terjangkau untuk mahasiswa seperti saya yang uang nya masih pas pas an.
Museum Rokok kretek kudus ini tidak terlalu ramai, dan juga tempatnya luas jadi nyaman sekali untuk melihat lihat koleksi dari jaman masalalu yang menceritakan sejarah awal dari pembuatan rokok sampai tahap promosinya
Museum ini sangat membantu kita untuk mengetahui lebih detail bagaimana proses pembuatan rokok karna di setiap sudutnya sudah dijelaskan detail bahkan tempat mesin pembuatan rokok pun sudah ada dimuseum rokok kretek kudus, dimesin mesin itu adalah peninggalan jaman dulu dan itu disumbangkan dari beberapa pt besar untuk dijadikan koleksi dimuseum.
Tanah dimana bangunan Museum Kretek Kudus ini setidaknya berukuran 130 lebar x 200 meter ke dalam, atau seluas 2,5 ha. Selain bangunan utama museum, di sebelahnya juga ada bangunan untuk tempat pemutaran film dokumenter dan di sisi utara ada bangunan elok rumah tradisional Kudus. Di bagian belakang museum terdapat waterboom dengan lintasan kanal air, serta ember tumpah.
Tampak depan bangunan utama Museum Kretek Kudus yang nyaris berbentuk limasan tumpang namun lebih tepat disebut trapesium tumpang. Pada halamannya yang luas terdapat tengara nama dan patung yang menggambarkan suasana saat seorang ibu mengangsurkan segelas minuman pada seorang pria disaksikan anak laki-lakinya
Di Museum Kretek Kudus ada pula patung Nitisemito, perintis industri rokok kretek Kudus, yang lahir dengan nama Rusdi di Desa Janggalan, Kudus, pada tahun 1874. Ia anak bungsu H Soelaeman dan Markanah. Meski anak lurah ia tak pernah sekolah yang membuatnya tak bisa baca tulis, namun ia punya semangat kuat untuk maju. Pada usia 17 tahun ia merantau ke Malang dan bekerja sebagai buruh jahit yang perlahan berkembang menjadi pengusaha pakaian jadi.
Setelah usahanya bangkrut ia kembali ke Kudus menjadi pedagang kerbau dan membuat minyak kelapa. Bangkrut lagi ia pun menjadi kusir dokar sambil berjualan tembakau, dan saat itulah ia berkenalan dengan Mbok Nasilah. Di warungnya, Nasilah menyuguhkan rokok kretek klobot yang diraciknya (kini toko kain Fahrida di Jl Sunan Kudus) untuk menggantikan kebiasaan nginang para kusir dokar yang sering mampir ke warungnya agar tempatnya tidak kotor.
Rokoknya ternyata disukai pedagang keliling dan para kusir dokar, termasuk Nitisemito. Riwayat rokok kretek sendiri berawal dari Haji Djamari, penduduk asli Kudus. Suatu hari ia mengoleskan minyak cengkeh yang membuat sakit di dadanya mereda. Djamari pun mencoba merajang cengkeh, mencampurnya dengan tembakau dan dilintingnya menjadi rokok.
Setelah teratur menghisap rokok cengkeh buatannya dan merasa sakit dadanya hilang, Djamari pun memberitahu kerabatnya. Beritanya menyebar cepat dan Djamari pun sibuk melayani permintaan "rokok obat" ini. Karena cengkeh yang terbakar mengeluarkan bunyi "keretek" saat dihisap, rokok Djamari kemudian dikenal sebagai "rokok kretek". Djamari yang asal-usulnya samar itu kabarnya meninggal pada tahun 1890.
Ketika berusia 31 tahun Nitisemito menikahi Nasilah dan mereka sepakat untuk berjualan rokok kretek. Dimulai tahun 1906 Nasilah meracik rokok dari campuran tembakau, cengkeh, dan saus yang dibungkus klobot, sementara Nitisemito memasarkannya dengan merk Kodok Nguntal Ulo (katak telan ular). Karena menjadi bahan tertawaan dan dianggap tak membawa keberuntungan maka merk diubahnya pada 1908 menjadi Tjap Bulatan Tiga, yang populer sebagai Tjap Bal Tiga. Tahun 1914 merupakan puncak keberhasilan usaha rokok Nitisemito.
Ia membangun pabrik seluas 6 ha di Desa Jati, Kudus, dengan karyawan lebih dari 15.000 orang, belum termasuk tenaga kerja bon. Daerah pemasarannya menjangkau kota-kota di Jawa, Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, hingga ke negeri Belanda. Berbagai macam promosi kreatif digunakannya untuk memasarkan rokoknya, termasuk menyewa pesawat Fokker, memberi souvenir, menjadi sponsor tunggal pasar malam, pertunjukan tradisional, dll.
Pada 1938 usaha rokok Nitisemito mulai surut akibat perseteruan keluarga, diperburuk dengan masuknya tentara Jepang pada saat meletusnya Perang Pasifik. Meski pada 1953 Bal Tiga dinyatakan jatuh pailit, namun nama Nitisemito akan tetap dikenang sebagai perintis industri Rokok Kudus yang tangguh.
Ketika saya disitu saya bertemu dengan salahsatu pengunjung yang kebetulan dia mahasiswa dari iain kudus
“Saya sangat takjub sekali melihat museum kretek kudus ini karna sejarahnya luarbiasa ternyata dan sangat menarik untuk diketahui” ujar salahsatu pengunjung mahasiswa iain kudus yang kebetulan dia adalah anak rantau bukan asli warga kudus.
Tetapi sayangnya mungkin harus sedikit lebih terawat lagi, karna yang saya liha ada beberapa patung yang cet nya mulai mengelupas dan rusak.
Saya berharap kedepannya pemerintah bisa mengelolah ini menjadi lebih baik lagi dan menambah koleksi koleksi atau hal hal menarik dimusum kretek kudus ini.
Komentar
Posting Komentar