POTENSI PENGEMBANGAN MANFAAT OLAHAN PARIJOTO
Produk Parijoto |
Medinilla Speciosa atau biasa yang disebut parijoto merupakan buah yang bentuknya hampir mirip dengan anggur namun ukurannya lebih kecil, dengan warna ungu kemerahan yang dapat memikat orang yang melihatnya ingin memilikinya. Tumbuhan yang mempunyai ketinggian sekitar 40-60 cm juga mempunyai khasiat sebagai obat untuk meningkatkan kesuburan dan menjaga kesehatan janin.
Parijoto (Paringono Jiwo Ingkang Sejo lan Ketoto/berilah jiwa yang damai dan terarah) terdapat kandungan senyawa kardenolin, saponin, tanin dan flavonoid yang dapat mencegah radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh. Buah ini biasanya menggrombol dan berwarna ungu ketika matang dan memiliki rasa yang masam sedikit sepat.
Buah ini sangat dikenal di kalangan masyarakat kudus dan sekitarnya dengan manfaatnya yang dipercaya sangat cocok untuk para pejuang garis dua seperti halnya promil dan ibu hamil. Ketika kalian berkunjung ke Gunung Muria Kudus di area makam sunan Muria, anda akan menemukan para pedagang yang menjual buah parijoto.
Dulu buah parijoto di jual mentahan, namun di era millenial seperti ini muncul inovasi modern seperti buah parijoto yang diolah menjadi sirup dengan merk Alammu (Alam Muria) yang didalamnya terdapat kandungan serta manfaat yang sama tanpa bahan pengawet.
Hembusan angin yang sejuk mengiringi kedatangan saya dan teman-teman saya ketika berkunjung ke Alammu (Alam Muria), tempat kediaman Triyanto R Sutardjo (37 Tahun) yang berada di Desa Colo, Kecamtan Dawe, Kabupaten Kudus pada Sabtu (18/06/2022). Senyum ramah yang terlihat di wajah Triyanto saat menyambut kedatangan saya dan teman-teman saya.
Di ruang tamu yang berukuran kurang lebih 3 x 4 meter itu Triyanto menceritakan secara detail awal mula menciptakan olahan-olahan dari parijoto. Bersama istrinya Setyowati Rahayu (36 tahun), Triyanto meluncurkan produk dari parijoto dengan merk dagang Alammu yang kependekan dari Alam Muria.
Triyanto (37), sapaan akrab seorang laki-laki tersebut. Saat menajadi tukang foto di Muria Triyanto hampir setiap hari bertemu ibu-ibu penjual parijoto. Dan mengetahui keluh kesah yang dialami para ibu-ibu pedagang tersebut. Dengan masalah yang dialami para petani seperti saat musim-musim berganti, masalah rasa, dan keawetan. Saat musim kemarau buah parijoto mengalami kenaikan harga sampai Rp. 30.000 hingga Rp. 40.000 pertangakai dari harga Rp. 5.000 dapat dua.
Hal tersebut disebabkan karena parijoto yang susah untuk berbuah saat musim kemarau. Sedangkan saat musim penghujan banyak buah parijoto yang terbuang dan harus dibuang. Dari situlah Triyanto mulai memunculkan inovasi untuk mengolah parijoto. Pada tahun 2015 Triyanto mulai terinspirasi saat melihat sirup kawis di Lasem, Rembang, Jawa Tengah.
“Waktu tahun 2005, 2006, 2007 sudah mikir-mikir mau diolah menjadi apa, dan saat ada pelatihan batik di Lasem melihat sirup kawis saya terinspirasi untuk membuat sirup parijoto. Kemudian mulai meriset dan berexperimen, berkali-kali gagal namun akhirnya saya menemukan formula yang pas. Dan mulai lounching pada tahun 2017” Ungkapnya.
Berawal dari kesehariannya menjadi tukang foto, Triyanto mengembangkan inovasinya sehingga dapat mengubah hidupnya menjadi seorang wirausaha. Pada awal munculnya sirup parijot, tidak banyak masyarakat yang tertarik dengan produk tersebut. Namun setelah banyak masyarakat yang mengenalnya, Triyanto mengaku bahwa ia kebanjiran pesanan.
“ Dulu awalnya respons masyarakt sedikit. Namun pada awal tahun 2018 sirup Alammu kebanjiran pesanan.Bahkan dalam satu pekan kita memproduksi minimal 100 liter dan membutuhan bahan baku 100 kg buah parijoto segar dan 100kg gula pasir” paparnya.
Produk sirup dibandrol harga mulai Rp. 45.000 untuk ukuran 250 ml, Rp. 65.000 untuk ukuran 350 ml, Rp. 85.000 untuk ukuran 500 ml, dan Rp. 130.000 untuk ukuran 630 ml kemasan botol kaca. Dari variasi ukuran tersebut yang paling laku yaitu ukuran 630 ml kemasan botol kaca.
Berawal dari sirup, pada tahun 2017 akhir mulai muncul keripik parijoto yang terbuat dari sari pati parijoto dengan kemasan pouch 100 gram dibandrol harga Rp. 25.000 perbungkusnya. Bebarengan dengan keripik, Triyanto mulai membuat produk baru dari olahan parijoto menjadi permen dengan berbagai varian warna dari bahan alami.
“Untuk permen warna oren itu varian original sedangkan warna permen hijau terbuat dari sari daun parijoto sendiri dan warna ungu terbuat dari warna buah parijoto. Peremen kami dikemas dengan toples kecil dan dibandrol harga Rp. 25.000 dengan isi kurang lebih 25 buah” ungkap Triyanto.
Setelah permen, pada pandemi covid kemarin mulai muncul teh parijoto yang disediakan bagi segmen yang menolak gula atau bagi orang yang memiliki penyakit diabetes. Ide tersebut mulai muncul saat Triyanto menghadiri expo di Surabaya, saat melihat stand yang terdapat teh apel, banyak pengunjung yang mencari teh tanpa gula. Akhirnya Triyanto mulai lounching pada tahun 2020 yang lalu. Teh parijoto terdapat dua macam jenisnya diantaranya yaitu teh celup dan teh tubruk. Teh tersebut disajikan dengan toples kecil yang terdapat logo yang bertuliskan Alammu.
Teh celup parijoto dibandrol dengan harga Rp. 120.000 pertoples yang berisi 20 kantong the, sedangkan teh tubruk dibandrol dengan harga Rp. 100.000 pertoples. Produk olahan parijoto sudah dipasarkan dibeberapa market place dan terjual ke beberapa negara seperti, Malaysia, Singapura, dan Thailand.
“Kalau untuk expor belum sih, tapi kalau jual ke luar negeri sudah. Misal seperti Malaysia, Singapura, Thailand, dan masih banyak lagi di Asia Tenggara” pungkas Triyanto.
Komentar
Posting Komentar